Oleh Tasnim Qiy
Mahasiswa Institute Studi Islam Fahmina
Aku Merindukan Wajahmu
Aku merindukan wajahmu seperti halnya putik bungur
Menanti datangnya pagi. Di pematang aku memetik kecapi
Ketika burung-burung berkicau bersama hangat matahari
Siang bergerak menapaki gunung yang memanjang ke barat
Aku mengenangkan wajahmu seperti halnya bunga kemboja
Rindu pada gundukan tanah. Bukankah cinta dan kematian
Ibarat saudara kembar? Sebelum rembang petang menutup
Rumbai-rumbai kabut mengambang di atas perkebunan teh
Kadang aku melukiskan wajahmu seperti halnya bulir embun
Memberikan tekstur pada daun. Aku menyusuri ladang tomat
Membayangkan segala kesegaran di bumi adalah rona pipimu
Kadang aku melupakan wajahmu seperti halnya kelelawar
Memilih pohon besar. Berbulan-bulan sembunyi di kuburan
Sambil merumuskan bahwa aku sesungguhnya kembaranmu
Puisi “Aku Merindukan Wajahmu’’ karya Acep Zamzam Noor merupakan karya sastra yang memiliki makna cukup mendalam. Dilihat dari struktur dan gaya bahasa yang digunakan, Acep menggunakan perbandingan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata penghubung atau sering disebut metafora. Salah satu contohnya pada paragraf pertama puisi tersebut; aku merindukan wajahmu/seperti halnya putik bungur menanti datangnya pagi. Di sini dijelaskan bahwa ‘’putik bungur’’ menanti datangnya pagi, seperti halnya menyampaikan kerinduan yang dinanti-nanti. Penulisan puisi tersebut menciptakan bayang-bayang atau imajinasi pembaca yang kuat dan mampu menciptakan perasaan rindu yang dialami secara indah.
Puisi karya Acep Zamzam Noor ini mampu menciptakan rindu yang indah dengan melibatkan berbagai macam unsur atau komponen pada alam. Seperti burung-burung berkicau bersama hangat matahari yang menggambarkan suasana pagi hari yang sangat cerah. Rindu pada gundukan tanah/ rumbai-rumbai kabut mengambang di atas perkebunan teh dan bulir embun. Dengan demikian Acep sangat detail menggambarkan makna rindu dalam puisi tersebut secara mendalam dan kompleks.
Dalam puisi ini sangat jelas mengandung makna kerinduan karena dilihat dari judul puisinya sendiri. Walupun tidak jarang makna antara judul dengan isi puisi terdapat perbedaan. Namun dalam puisi ini selaras antara judul dan isinya. Yaitu tentang kerinduan yang disampaikan tidak hanya bersifat emosional saja, tetapi juga filosofis yang menghubungkan antara cinta, kehidupan, dan kematian.
Secara emosi yang diungkapkan dalam puisi ini sangat mendalam. Acep Zamzam Noor terkadang lupa akan wajah orang yang dirindukannya, ibarat seekor kelelawar yang memilih pohon besar sebagai tempat berlindungnya. Ia pun mengisyaratkan bahwa kerinduan tersebut merupakan bagian dari perjalanan hidupnya, seiring ia terus mencari makna dalam perpisahan.
Berbicara tentang kerinduan, menurut Imam Al-Ghazali merupakan seorang filsuf, memiliki pandangan yang mendalam mengenai konsep dan makna rindu. Rindu menurut Al-Ghazali adalah konsekuensi alami dari cinta. Cinta menurutnya merupakan sesuatu yang bersifat naluriah dan tidak dapat dihindari sebagai perasaan mendesak yang tidak bisa ditolak, dan menunjukkan bagian dari fitrah manusia. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa cinta dianggap sebagai sesuatu yang datang tanpa diundang dan merupakan bagian dari sifat dasar manusia.
Saat seseorang mencintai, perasaan rindu muncul dengan sendirinya. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa cinta dan hasrat tidak dapat dipisahkan, keduanya berkaitan erat. Kerinduan terjadi sebagai respon emosional ketika yang dicintai sudah tidak bersama lagi atau berada jauh dari kita. Sehingga hal itu menimbulkan rasa kehilangan dan keinginan untuk bertemu kembali. Sehingga cinta menimbulkan rasa rindu yang dapat berkaitan dengan kehidupan manusia, karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Puisi karya Acep Zamzam Noor ini juga menggambarkan antara cinta dan kematian sebagai saudara kembar yang menunjukkan bahwa keduanya ada keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam puisinya Acep menekankan bagaimana cinta datang dalam berbagai bentuk, termasuk cinta yang mendalam. Seringkali disertai dengan kehilangan dan kerinduan yang pada gilirannya mengingatkan kita pada kematian. Oleh karena itu, puisi tersebut tidak hanya menyampaikan perasaan rindu, tetapi juga menggambarkan bagaimana cinta dan kematian berperan penting dalam perjalanan hidup dan pengalaman emosional manusia.
Dengan demikian, puisi yang berjudul ‘’Aku Merindukan Wajahmu’’ karya Acep Zamzam Noor tidak hanya menyampaikan kerinduan saja, namun juga menggambarkan bagaimana cinta mampu menghubungkan kita dengan alam dan kehidupan secara lebih luas. Melalui penggunaan metafora dan perumpamaan yang kuat, Acep berhasil mengungkapkan kerinduan dan renungan mendalam atas cinta dan kehilangan yang mengingatkan pada kematian.